Kamis, 24 Februari 2011

Friendship


"FRIENDSHIP"
Ada empat orang gadis yang berada dikelas yang sama saat mereka SMP kelas tiga. Mereka bernama Endah, Hera, Ayu, dan Aulia. Karena mereka berempat sering sekelompok dalam pembagian kelompok belajar disekolah, mereka menjadi akrab dan saling mengenal kepribadian satu sama lain.
Sudah satu tahun mereka berteman akrab. Dan saat ujian sekolah sudah mereka lalui, mereka mulai membicarakan tentang pendidikan selanjutnya yang akan mereka jalani setelah SMP ini.

            “Eh, nanti  setelah ini kalian mau melanjutkan sekolah kemana?” Tanya Aulia kepada teman – temannya.
“Hem,,, nggak tau juga nih aku masih bingung. Mamaku bilang aku disuruh masuk SMA, tetapi aku maunya SMK aja. Soalnya aku sudah capek belajar terus. Hehe..” jawab Ayu.
“ Hu dasar kamu tu Yu’! Coba kayak aku, sudah teguh pada pendirian tuk masuk SMA Negeri 1 impianku.” Hera berkata sambil bergaya menyombongkan diri.
“ Ya ya, tau situ pintar. Tapi awas lo ya kalau nanti kamu sombong sama kita.” Sahut Ayu.
 “ Heh, ya enggaklah!”jawab Hera sambil tertawa.
 “ Iya ya. Awas aja kalau sampai sombong, nggak akan ku anggap temenku kamu.” Aulia ikut-ikut mendukung perkataan Ayu.
 “ Hehe…iya iya. Oiya kalau kamu gimana Ndah?” Tanya Hera ke Endah yang mulai tadi diam tidak ikut berceloteh.
 “ Kalau aku sih Insya Allah mau di SMA juga sama kayak kamu Ra.” Jawabnya sambil tersenyum.

Pengumuman kelulusan pun disampaikan. Mereka semua lulus dengan hasil yang lumayan memuaskan. Dan pada akhirnya mereka pun bersekolah disekolah yang berbeda. Mereka berpisah, Aulia masuk ke SMA Negeri 5, Ayu masuk ke SMK Negeri 3. Sedangkan Endah dan Hera masuk ke sekolah yang sama yang mereka inginkan, yaitu SMA Negeri 1 Balikpapan.
Perbedaan sekolah, tidak memutuskan keakraban mereka. Meskipun mereka tidak satu sekolah lagi, tetapi mereka masih sering berkomunukasi dan saling menyempatkan diri untuk bertemu.
            Suatu hari Hera mengajak Aulia untuk pergi ke warnet dekat rumahnya. Dan Aulia ada waktu, mereka pun pergi kesana bersama. Sesampai disana mereka cerita-cerita tentang kegiatan hari – hari mereka selama ini.
           
 “ Gimana Ya’ sekolah disana?” Hera bertanya sambil menyalakan PC.
 “ Enak aja sih. Kalau kamu gimana? Enak nggak?” Tanya Aulia balik.
 “ Hem senang aku sekolah disana. Soalnya aku bisa bersekolah disekolah yang aku inginkan selama ini. Ya kamu tau sendiri lah.” Melihat kearah Aulia sambil tersenyum.
 “ Oh ya. Tapi kenapa kamu senyum – senyum gitu? Udah gila kamu ya?” Hera  tertawa mendengar perkataan Aulia.
Sambil membuka FB Hera berkata “Em, nggak apa-apa. Aku senang aja, disana ada yang ku taksir. Namanya Surya, ni FB nya.” Menunjukkan kearah monitor komputer.
 “Oh ini, ya ya. Lumayanlah. Oiya, sekalian add dia jadi temanku ya.” Sahut Aulia sambil memukul pudak Hera.
 “Ok!”

Beberapa hari kemudian Surya menerima pertemanan Aulia dan dia mengajak berkenalan. Mereka pun saling membalas obrolan lewat pesan dinding. Hal itu berlangsung tanpa sepengetahuan Hera, karena menurut Aulia hal itu tidak penting untuk diberitahukan.
Pada saat itu, Aulia juga lagi dekat dengan cowoknya Endah, yang namanya Ferdhi. Aulia dan Ferdhi sering smsan.

Selama kurang lebih satu bulan, Ayu, Hera, Endah, dan Aulia tidak bertemu. Aulia sudah jarang berkomunikasi dengan teman - temannya, karena ia disibukkan dengan aktivitas yang padat dan juga tugas – tugas sekolah yang menumpuk. Meskipun begitu, Aulia berfikir persahabatannya akan baik – baik saja dan tetap akrab meskipun ia jarang memberi kabar. Tetapi bagi teman – temannya, Aulia telah menghilang. Menghilang dari kehidupan mereka, karena dia sudah tidak pernah kasih kabar lagi. Bahkan mereka mengira, Aulia sudah lupa dengan mereka.  Dan melupakan persahabatan mereka.
Hingga suatu hari disaat Aulia punya waktu senggang, ia menyempatkan diri untuk mengajak teman-temannya berkumpul melampiaskan rasa kangen dengan bercerita- cerita. Tetapi waktu itu, Hera dan Endah tidak bisa datang karena ada les privat. Jadinya Aulia sendiri pergi kerumah Ayu.
Sesampainya dirumah Ayu, mereka saling mangajukan pertanyaan – pertanyaan yang begitu banyak karena rasa ingin mengetahui bagaimana keadaan sahabatnya sekarang setelah lama tidak bertemu.

 “Maaf ya akhir – akhir ini aku sibuk jadi nggak ada komunikasi sama kalian?” kata Aulia kepada Ayu sambil mengambil segelas air minum,
 “Iya Ya’, aku ngerti kok.” Jawab Ayu.
 “Tapi gimana sama yang lain? Kabar mereka gimana?” menguk air minum yang diambilnya.
 “Hem, tenang aja mereka pasti juga bisa ngerti kok. Eh tapi..” tiba-tiba Ayu menghentikan omongannya.
 “Tapi kenapa Yu?” Tanya Aulia penasaran.
 “Sebenarnya anak – anak pada marah tau sama kamu.” Ayu berkata dengan wajah kesal.
 “Hah? Marah? Emangnya marah kenapa?” sahut Aulia  merasa tak berbuat kesalahan.
 “ Hera marah gara-gara kamu chattingan sama gebetannya. Sedangkan Endah marah gara-gara kamu smsan sama cowoknya. Mereka menganggap kamu munafik. Teman makan teman.” Wajah Ayu makin kesal.
 “Ya Allah, Cuma gara-gara itu.” Aulia ingin tertawa menjawabnya.
“Kalau aku sama Surya itu, kita nggak deket kok. Cuma kenalan doank. Itupun cuma beberapa hari. Awalnya dia yang ngajak kenalan. Tadinya sih aku nggak mau, tapi karena aku ingin tau gimana cowok yang ditaksir Hera itu, baik atau enggak. Ya jadi aku mau aja kenalan. Nah kalau sama Ferdhi, itu pun gak sering juga. Lagi pula kalau kita smsan yang kita omongin itu pasti selalu tentang Endah. Jadi kenapa mereka harus cemburu…?” Tanya Aulia.
Ayu tertawa  “ Hehe..iya ya. Tadinya sih aku juga nggak percaya kalau kamu kayak yang mereka ceritain. Lagipula kita kan sahabatan masa’ teman makan teman sih. Nggak lah ya. Tapi kamu enggak marah kan karena mereka bersikap kayak gitu?” merangkul Aulia.
 “ Ya enggaklah. Malahnya aku lucu aja ngedengernya. Mereka marah sama aku cuma gara-gara cowok. Ya tenang aja Yu’, aku angerti kok, mereka begitu karena cemburu.”
 “He..iya. Entar mereka bakal ku certain semua yang sebenarnya terjadi, biar mereka nggak berfikiran sempit lagi.”
 “Ok! Thanks ya Yu.” Sahut Aulia, sambil tersenyum.

Beberapa hari setelah itu, Ayu meluruskan semuanya kepada Endah dan Hera. Dan setelah mendengar cerita dari Ayu. Mereka meminta maaf kepada Aulia. Begitu juga sebaliknya, Aulia pun juga meminta maaf karena sudah dekat sama gebetan temennya tanpa seizin mereka.
Mereka pun berbaikan, dan saat malamnya Aulia mengirimkan sms kepada teman – temannya, yang isinya
“Waktu mungkin memisahkan kita,
kita berada di dimensi ruang yang berbeda,
meski sejuta kebahagiaan ada pada orang lain,
tapi ku akan selalu mengingatmu,
mengingat semua memori indah saat kita bersama,
bersama merasakan suka duka.
Kalian semua akan selalu menjadi sahabat terbaikku.”

Kekerasan Terhadap TKW



 
KEKERASAN TERHADAP TKW



Sekarang ini tidak sedikit penduduk Indonesia (khususnya perempuan) yang bekerja mencari nafkah di luar negeri, tidak lebih karena kurang ketersediaannya lapangan pekerjaan, dan krisis ekonomi yang berlarut-larut yang telah memaksa mereka untuk menjadi TKW (Tenaga Kerja Wanita) demi memenuhi kebutuhan hidupnya.

Para TKW bekerja sebagai seorang pembantu. Akan tetapi ditempat mereka bekerja, tidak sedikit para majikan mereka yang memperlakukan mereka tidak selayaknya. TKW diperlakukan seperti layaknya hewan. Padahal TKW juga manusia seperti kita. Tidak sepantasnya bila TKW diperlakukan secara tidak manusiawi seperti itu. Tapi walaupun begitu, kenyataan berkata tidak. Banyak TKW yang mengalami kekerasan, seperti yang dialami para TKW Indonesia yang bekerja di negara Malaysia. Salah satunya seperti Eli Indriani, TKW asal lampung selama dua bulan di Kuala Lumpur, Malaysia. Ia menderita luka disekujur tubuhnya yang didapatnya selama bekerja disana.

Masih banyaknya pemberitaan tentang pahitnya kehidupan para TKW yang disebut-sebut sebagai “pahlawan devisa” itu selalu diwarnai dengan penganiayaan dan kekerasan yang membuat keprihatinan sebagai sesama warga Indonesia. Penganiayaan (kekerasan) terhadap TKW ini bisa mengambil bentuk kekerasan fisik, psikologis, ataupun seksual.

Kekerasan yang bersifat fisik misalnya memukul, membenturkan kepala, menampar, menendang, menjambak rambut, mencakar, menyiram air panas, dan kekerasan fisik lainnya yang menimbulkan cacat fisik pada pihak korban.

Adapun kekerasan yang bersifat psikologis  seperti misalnya mengisolasi korban sehingga tak bisa komunikasi dengan keluarganya, menyekap korban dalam suatu ruangan tanpa diberi makan dan minum, mengancam akan membunuh korban jika si korban “membuka mulut”, memanggil korban dengan julukan yang hina(misalnya, hewan, pelacur, bodoh, pemalas  dan panggilan hina lainnya).

Sementara bentuk dari kekerasan seksual adalah pemaksaan terhadap korban untuk melakukan kegiatan seksual. Misalnya saja, memaksa korban untuk melakukan hubungan seksual dengan si pemaksa, atau bahkan disuruh berhubungan seks dengan binatang.

Kekerasan – kekerasan seperti itu terjadi karena bagaimanapun TKW sangat potensial menjadi target kekerasan dengan posisinya yang lemah, yang membuat mereka menjadi tunduk dengan majikannya. Majikan mereka selalu memakai senjata “kamu tidak bisa mengontrol kehidupan kamu, karena yang menggaji kamu adalah aku, maka akulah yang harus mengontrol kamu’. TKW pun akhirnya terpaksa harus menyerah pada keadaan. Saat itulah TKW telah terperangkap dalam sikon yang diciptakan majikannya, sikon yang penuh nafsu, dan ambisi. Dan pada saat itulah mereka (para majikan) bisa berbuat apapun pada TKW.

Rasa tertekan yang terus ada karena disiksa, membuat TKW ingin berlari meminta pertolongan ke negeri asalnya. Tetapi, setiap majikannya mengetahui niat tersebut pasti ia akan melarangnya dan menyiksanya lebih sadis lagi. Karena ketakutan yang dirasakan majikan jika pembantunya itu dibebaskan. Dia takut semua tindakan kriminal yang telah dia lakukannya selama ini akan terungkap. Hal itu membuat TKW susah untuk meloloskan diri.

Melihat kejadian seperti itu, kita seharusya bertanya. Kemana para aparat yang bertugas melindungi warga negaranya disaat warganya membutuhkan keadilan? Bukannya setiap warga negara memiliki Hak Asasi Manusia?

Semua pertanyaan itu memperjelas sikap pemerintah yang masih mengabaikan jaminan perlindungan terhadap warga negaranya. Untuk itu, perlu adanya koreksi tentang upaya apa saja yang selama ini kurang dilakukan sehingga bisa terjadi kekerasan – kekerasan yang melanggar norma seperti apa yang telah terjadi kepada para TKW selama ini.

Agar kekerasan terhadap TKW tidak terjadi lagi, perlu adanya perlindungan yang kuat terhadap para TKW, perlu pengawasan terhadap setiap agen penyalur tenaga kerja agar para TKW tidak terlantar saat diluar negeri. Selain itu, hukum juga harus lebih ditegakkan lagi, pelaku kekerasan harus dihukum sesuai dengan peraturan yang berlaku sehingga para majikan tidak lagi seenaknya memperlakukan para TKW.

”Semoga tidak ada lagi kekerasan yang terjadi terhadap TKW”.

anyaman kertas



Rabu, 23 Februari 2011

Kamis, 28 Oktober 2010

Description 6


This is a picture of a tree.
But there are no leaves.
Not a leaf was found in the tree.
The tree is not like other trees.
This is a strange and rare trees.

It's shaped like a large human head, seen from the side.
Twig - branch was seen to form the nose and mouth.
The tree is located in vast green fields.
And it's only trees that were there.